Sejarah Musik Rock di Indonesia III
Dari sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air,
mungkin baru di paruh pertama dekade 90-anlah mulai banyak terbentuk
scene-scene underground dalam arti sebenarnya di Indonesia. Di Jakarta
sendiri konsolidasi scene metal secara masif berpusat di Blok M sekitar
awal 1995. Kala itu sebagian anak-anak metal sering terlihat nongkrong
di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba
terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar
informasi tentang band-band lokal daninternasional, barter CD,
jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser.
Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok Mall yang
kebetulan letaknya berada di bawah tanah.
Pada era ini hype musik metal yang masif digandrungi adalah subgenre
yang makin ekstrem yaitu death metal, brutal death metal, grindcore,
black metal hingga gothic/doom metal. Beberapa band yang makin
mengkilap namanya di era ini adalah Grausig, Trauma, Aaarghhh,
Tengkorak, Delirium Tremens, Corporation of Bleeding, Adaptor,
Betrayer, Sadistis, Godzilla dan sebagainya. Band grindcore Tengkorak
pada tahun 1996 malah tercatat sebagai band yang pertama kali merilis
mini album secara independen di Jakarta dengan judul `It’s A Proud To
Vomit Him’. Album ini direkam secara profesional di Studio Triple M,
Jakarta dengan sound engineer Harry Widodo (sebelumnya pernah menangani
album Roxx, Rotor, Koil, Puppen dan PAS).
Tahun 1996 juga sempat mencatat kelahiran fanzine musik underground
pertama di Jakarta, Brainwashed zine. Edisi pertama Brainwashed terbit
24 halaman dengan menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma,
Betrayer serta Delirium Tremens. Di ketik di komputer berbasis system
operasi Windows 3.1 dan lay-out cut n’ paste tradisional, Brainwashed
kemudian diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto kopi milik saudara
penulis sendiri. Di edisi-edisi berikutnya Brainwashed mengulas pula
band-band hardcore, punk bahkan ska. Setelah terbit fotokopian hingga
empat edisi, di tahun 1997 Brainwashed sempat dicetak ala majalah
profesional dengan cover penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed
hanya kuat terbit hingga tujuh edisi, sebelum akhirnya di tahun 2000
penulis menggagas format e-zine di internet www.bisik.com).
Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta
antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic
zine dan sebagainya.
29 September 1996 menandakan dimulainya sebuah era baru bagi
perkembangan rock underground di Jakarta. Tepat pada hari itulah
digelar acara musik indie untuk pertama kalinya di Poster Café. Acara bernama “Underground Session” ini digelar tiap dua minggu sekali pada malam hari kerja. Café legendaris yang dimiliki rocker gaek Ahmad Albar
ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang
memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene
Brit/indie pop, ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai
tawuran massal bersejarah antara sebagian kecil massa Jakarta dengan
Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah, Brain The Machine,
Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside, RU
Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB,
Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable,
Jepit Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah
sebagian kecil band-band yang `kenyang’ manggung di sana.
10 Maret 1999 adalah hari kematian scene Poster
Café untuk selama- lamanya. Pada hari itu untuk terakhir kalinya
diadakan acara musik di sana (Subnormal Revolution) yang berujung
kerusuhan besar antara massa punk dengan warga sekitar hingga berdampak
hancurnya beberapa mobil dan unjuk giginya aparat kepolisian dalam
membubarkan massa. Bubarnya Poster Café diluar dugaan malah banyak
melahirkan venue- venue alternatif bagi masing-masing scene musik
indie. Café Kupu- Kupu di Bulungan sering digunakan scene musik ska,
Pondok Indah Waterpark, GM 2000 café dan Café Gueni di Cikini untuk
scene Brit/indie pop, Parkit De Javu Club di Menteng untuk gigs
punk/hardcore dan juga indie pop. Belakangan BB’s Bar yang super- sempit
di Menteng sering disewa untuk acara garage rock-new wave-mellow punk
juga rock yang kini sedang hot, seperti The Upstairs, Seringai, The
Brandals, C’mon Lennon, Killed By Butterfly, Sajama Cut, Devotion dan
banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling `netral’ dan
digunakan lintas-scene cuma Nirvana Café yangterletak di basement Hotel
Maharadja, Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002
silam, Puppen `menghabisi riwayat’ mereka dalam sebuah konser bersejarah
yang berjudul, “Puppen : Last Show Ever”, sebuah rentetan show akhir
band Bandung ini sebelum membubarkan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar