Sejarah Musik Rock di Indonesia II
Semangat yang dibawa para pendahulu ini memang masih berkutat pola
tradisi `sekolah lama’, bangga menjadi band cover version! Di antara
mereka semua, hanya Roxx yang beruntung bisa rekaman untuk single
pertama mereka, “Rock Bergema”. Ini terjadi karena mereka adalah salah
satu finalis Festival Rock Se-Indonesia ke-V. Mendapat kontrak rekaman
dari label adalah obsesi yang terlalu muluk saat itu. Jangankan rekaman,
demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka sudah bahagia. Saat itu
stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock/metal adalah
Radio Bahama, Radio Metro Jaya dan Radio SK. Dari beberapa radio
tersebut mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Mereka
punya program bernama Rock N’ Rhythm yang
mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Stasiun
radio ini bahkan sempat disatroni langsung oleh dedengkot thrash metal
Brasil, Sepultura, kala mereka datang ke Jakarta bulan Juni 1992.
Selain medium radio, media massa yang kerap mengulas berita- berita
rock/metal pada waktu itu hanya Majalah HAI, Tabloid Citra Musik dan
Majalah Vista.
Selain hang out di Pid Pub tiap akhir pekan, anak-anak metal ini
sehari-harinya nongkrong di pelataran Apotik Retna yang terletak di
daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Beberapa selebritis muda yang dulu
sempat nongkrong bareng (groupies?) anak-anak metal ini antara lain Ayu
Azhari, Cornelia Agatha, Sophia Latjuba, Karina Suwandi hingga
Krisdayanti. Aktris Ayu Azhari sendiri bahkan sempat dipersunting
sebagai istri oleh (alm) Jodhie Gondokusumo yang merupakan vokalis
Getah dan juga mantan vokalis Rotor.
Tak seberapa jauh dari Apotik Retna, lokasi lain yang sering
dijadikan lokasi rehearsal adalah Studio One Feel yang merupakan studio
latihan paling legendaris dan bisa dibilang hampir semua band- band
rock/metal lawas ibukota pernah rutin berlatih di sini. Selain Pid Pub,
venue alternatif tempat band-band rock underground manggung pada masa
itu adalah Black Hole dan restoran Manari Open Air di Museum Satria
Mandala (cikal bakal Poster Café). Diluar itu, pentas seni MA dan acara
musik kampus sering kali pula di “infiltrasi” oleh band-band metal
tersebut. Beberapa pensi yang historikal di antaranya adalah Pamsos
(SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82),
acara musik kampus Universitas Nasional (Pejaten), Universitas
Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika Atmajaya Jakarta,
Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya
(Pulomas).
Berkonsernya dua supergrup metal internasional di Indonesia,
Sepultura (1992) dan Metallica (1993) memberi kontribusi cukup besar
bagi perkembangan band-band metal sejenis di Indonesia. Tak berapa lama
setelah Sepultura sukses “membakar” Jakarta dan Surabaya, band speed
metal Roxx merilis album debut self-titled mereka di bawah label
Blackboard. Album kaset ini kelak menjadi salah satu album speed metal
klasik Indonesia era 90-an. Hal yang sama dialami pula oleh Rotor.
Sukses membuka konser fenomenal Metallica selama dua hari
berturut-turut di Stadion Lebak Bulus, Rotor lantas merilis album
thrash metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind The 8th
Ball (AIRO). Bermodalkan rekomendasi dari manajer tur Metallica dan
honor 30 juta rupiah hasil dua kali membuka konser Metallica, para
personel Rotor (minus drummer Bakkar Bufthaim) lantas eksodus ke negeri
Paman Sam untuk mengadu nasib. Sucker Head sendiri tercatat paling
telat dalam merilis album debut dibanding band seangkatan mereka
lainnya. Setelah dikontrak major label lokal, Aquarius
Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album `The Head Sucker’.
Hingga kini Sucker Head tercatat sudah merilis empat buah album.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar